Cerpen - #7 Salting

senangnya bisa kembali menulis. jangan lupa tinggalkan komentar kalo udah baca ya!


Cerpen - #7 Salting

Ujian akhir semester telah berakhir, pertanda kenaikan kelas semakin dekat, itu juga sekaligus menjadi tanda bahwa libur telah tiba!

Rencana telah disusun. Kami sepakat untuk mengadakan acara jalan-jalan sekelas. Begitulah kebiasaan siswa di masa itu, menjelang kenaikan kelas yang berarti berpisah dengan teman-teman kelas, akan selalu ada momen kebersamaan yang dibuat di akhir semester. Sebagai bentuk apresiasi dari cerita dan pengalaman yang pernah dibuat setahun ke belakang.

Pasar Terapung menjadi pilihan kami. Jangan bayangkan sebuah pasar yang berada di tengah sungai seperti di iklan RCTI, bukan. Ini berbeda. Melainkan sebuah tempat wisata modern yang mengadopsi gaya pasar terapung dengan konsep ecopark.

Nuansa alam yang begitu hidup membuat kesan damai amat terasa. Kedatangan kami langsung disambut dengan hamparan anak tangga yang disusun melingkari taman. Dari celah anak tangga, aku bisa melihat karpet hijau alami yang dipadukan dengan barisan pohon pinus. Setelah habis anak tangga, kami tiba di pusat taman tersebut. Sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir sungai yang suara gemercik airnya seolah memanggil untuk disinggahi. Di sisi lain jembatan terdapat kios-kios yang menjual beragam cemilan dan makanan. Mungkin inilah alasan kenapa tempat ini disebut pasar apung.

Satu per satu rangkaian acara telah kami lewati. Dari mulai sesi sharing, bermain games hingga foto bersama. Sebelum pulang ternyata ada satu acara lagi yang tidak masuk ke rundown kegiatan. Mampir ke rumahku.

Tidak terlampau jauh, bisa ditempuh dengan 15 menit berjalan kaki. Hanya 2 belokan dari tempat awal. Sampai di rumah sederhana berdinding keramik berwarna merah. Halaman depan rumah penuh oleh sendal dan sepatu. Ruang tamu hingga teras depan ramai oleh warga satu kelas.

Ada yang duduk sambil ngobrol mengingat hal-hal bodoh saat di kelas. Ada yang numpang ngecas hp. Ada yang asik mengunyah makanan. Ada yang nyaman rebahan. Dan ada yang wajahnya sedang sumringah. Suasana hatinya meletup-letup karena rumahnya disinggahi oleh teman sekelas. Bukan. Lebih tepatnya oleh dia.

Selepas solat ashar, mereka memutuskan untuk segera pulang. Mengingat kota ini gemar sekali menurunkan hujan di sore hari. Satu persatu dari mereka pamit. Jalan berombongan menuju gapura depan.

Beberapa teman berjalan berbalik kembali ke rumahku. Aku bingung. Ada apa?

Satu orang mengangkat hp dan berpose seperti orang yang hendak memoto. Mengisyaratkan agar aku mau difoto.
"Apaan? yaudah foto."
Ternyata tidak sesederhana itu. Maksudnya adalah agar aku berfoto bersama salah satu diantara mereka.  Siapa? Wow. Sedetik kemudian aku mulai salah tingkah.

Entah ada angin apa. Seperti mimpi di sore hari. Aku foto bareng dia? Ya Tuhan. Dengan gestur kikuk aku berdiri bersisian dengan dia. Aku tidak bisa menutupinya. Wajahku malu kemerah-merahan. Entah harus bergaya apa. Aku hanya berdiri dan mencoba memasang senyum senormal mungkin. Tidak berani menatap balik wajahnya.

Cekrek. Dua buah foto berhasil diabadikan. Aku masih senyum kesemsem. Seperti orang bodoh. Entah harus merespon apa lagi.

Hingga akhirnya dia berpamitan. Aku masih salting. Hanya bisa memandanginya yang perlahan menghilang di ujung gang.

Lagi-lagi aku dibuat terbang olehnya. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, dia yang selama ini aku kagumi, dia yang sudah milik orang lain, beberapa menit lalu mengajak foto berdua di rumahku.

Aku bingung harus berekspresi apa. Campur aduk. Senang karena baru saja wish listku terwujud, sedih karena kenyataannya dia masih milik yang lain.

Tapi terlepas dari kenyataan pahitnya, intinya hari ini aku bahagia. Setidaknya harapan itu masih ada.

***

Dulu aku bertanya-tanya. Premis petir di siang bolong hanyalah mitos belaka. Tapi kini aku percaya. Premis itu benar-benar nyata. Duarr seneng.

Komentar

Most Read Post

MY LIFE PLAN