Teks Orasi Opening Ceremony Jelajah Kampus 2019
Teks Orasi Opening Ceremony Jelajah Kampus 2019
Penulis Naskah : Muhammad Dicky Darmawan, Power Plant Politeknik Negeri Jakarta 2018
Orator : Mohammad Reza Kurnia, Teknik Industri Universitas Brawijaya 2018
Orator : Mohammad Reza Kurnia, Teknik Industri Universitas Brawijaya 2018
Ku lihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan, gunung, sawah, lautan, simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Saudaraku, siapa yang tahu jumlah pulau Indonesia saat ini? PBB mencatat 16.056 pulau telah terverifikasi milik Indonesia
Siapa yang tahu, Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunua. Tapi kenapa kita masih impor garam dari luar?
Siapa yang tahu, Indonesia adalah paru-paru dunia. 133.300 hektare lebih hutan kita miliki, tapi sayang, setiap tahun hutan tersebut hilang 2%nya.
Siapa yang tahu, Indonesia memiliki salah satu tambang emas terbesar di dunia. Tembagapura, di Papua. Tapi kenapa rakyat Papua tak kunjung sejahtera?
Saudaraku, Indonesia menyumbang 18% gugusan terumbu karang dunia. Tapi kenapa kita lebih gemar berwisata ke negara tetangga ketimbang mengunjungi Wakatobi?
Saudaraku, Indonesia dilewati Ring of Fire. Jalur pegunungan api dunia. Pantas jika Indonesia disebut negara bencana.
Saudaraku, inilah potret negeri kita hari ini. Kehidupan yang tumpang tindih. Hukum yang semakin memandang bulu. Pasar kapitalis yang semakin merajalela. Mafia-mafia bangsat yang semakin nyaman berkuasa, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, yang kuat berkuasa, yang lemah tersungkur sengsara.
Saudaraku, benarlah ucapan Bung Karno 50 tahunan lalu:
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
Para pejabat semakin hobi bermain dengan KPK. Korupsi, kolusi, dan nepotisme seolah menjadi tradisi di setiap masa jabatan. Jika kau tanya siapakah gerangan mereka? Tak lain adalah para intelek dari bangsa kita sendiri. Miris bukan?
Saudaraku, renungkanlah! Saat kau mengeluh dengan makanan yang tersaji di meja makan, saat itu pula jutaan saudaramu tidak tahu mereka mau makan apa hari ini? Mereka hidup dalam kekangan kemiskinan.
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. UUD 1945 pasal 34 ayat 1.
Tapi kenapa mereka tak kunjung sejahtera? Miris bukan?
Saudaraku, bersyukurlah! Saat Tuhan menakdirkan kita hidup di negara bencana, bukan berarti Tuhan ingin kita pasrah menerima suratan takdir. Justru Tuhan ingin melihat kita maju dengan segala kekurangan yang ada.
Akhir bulan lalu, saat tsunami menyapu Selat Sunda. 2 pesisir pulau luluh lantak sekaligus.
Ke mana peran lembaga mitigasi bencana? Masyarakat harus tahu, saat malam kejadiannya, BMKG menyatakan bahwa naiknya air hanya karena pasang maksimal, dan itu fenomena bisa. Tapi saat paginya, BMKG meralat pernyataannya bahwa penyebab gelombang tersebut adalah karena runtuhan dasar laut akibat gunung Anak Krakatau.
BMKG menyatakan gelombang hanya setinggi 1 meter, tapi sakai mata melihat gelombang menggulung setinggi 12 meter? Dan para ahli setuju dengan pernyataannya.
Selucu itukah negeri kita? Miris bukan?
Saudaraku, bicaranya saya hari ini tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, bukan pula untuk mengajak pindah dari Indonesia. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Saudaraku. Aku, kamu, dia, kami, mereka, dan kita, harus menjadi problem solver bagi negeri ini. Siapa pun Anda. Siswa, mahasiswa, guru, mahaguru, karyawan, pekerja. Anda tidak punya alasan untuk tidak berbakti kepada ibu pertiwi. Ayo kita hapus air matanya, kembalikan senyum di wajahnya. Wahai ibu pertiwi. Indonesia.
Komentar
Posting Komentar